
Pertumbuhan Ekonomi
Sejalan dengan kuatnya permintaan domestik, ekonomi Lampung pada triwulan II 2019 mampu tumbuh sebesar 5,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 5,21% (yoy). Pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut juga melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi di periode yang sama selama 5 (lima) tahun terakhir, maupun pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional masing – masing sebesar 5,08% (yoy), 4,62% (yoy) dan 5,05% (yoy).
Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan II 2019 ditopang oleh konsumsi rumah tangga serta investasi. Sementara itu, meski pertumbuhan ekspor tercatat meningkat, namn belum mampu mengimbangi pertumbuhan impor yang lebih tinggi sehingga menjadi penahan pertumbuhan ekonomi. Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Lampung ditopang oleh relatif solidnya kinerja pada industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor serta konstruksi.
Memasuki triwulan III 2019 ekonomi Lampung diperkirakan masih dapat tumbuh kuat meski lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II 2019. Di sisi permintaan, konsumsi swasta diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan, meskipun tidak sekuat periode sebelumnya yang ditopang faktor musiman perayaan hari besar keagamaan. Pendorong pertumbuhan lainnya diperkirakan bersumber dari peningkatan investasi dan perbaikan net ekspor didukung kenaikan produksi perkebunan. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan III 2019 diperkirakan didorong oleh kinerja industri pengolahan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan, serta transportasi dan pergudangan.
Keuangan Pemerintah
Anggaran belanja fiskal pemerintah di provinsi Lampung untuk tahun 2019 mencapai Rp32,24 triliun yang meliputi belanja APBD Provinsi Lampung sebesar Rp7,82 triliun (pangsa 24,51%), APBD kabupaten/kota di Provinsi Lampung sebesar Rp24,03 triliun (pangsa 74,52%), dan APBN sebesar Rp0,40 triliun (pangsa 1,23%). Komposisi belanja pegawai masih mendominasi pada tahun 2019, khususnya pada anggaran belanja Kab/Kota. Meskipun demikian, komitmen pemerintah daerah terhadap pengeluaran yang bersifat produktif semakin tinggi yang ditunjukkan dengan meningkatnya pangsa anggaran belanja modal.
Sampai dengan triwulan II 2019, secara nominal, pencapaian pendapatan daerah Provinsi Lampung terealisasi sebesar Rp3,09 triliun, tercatat mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp1,59 triliun). Secara persentase, realisasi pendapatan sebesar 39,87% juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2018 sebesar 20,04% seiring dengan terealisasinya pos Dana Perimbangan dan Pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Sejalan dengan hal tersebut, realisasi belanja daerah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan II 2019 menunjukkan pencapaian sebesar Rp2,92 triliun (37,40%), baik nominal maupun persentase tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yaitu sebesar Rp1,89 triliun (22,14%), namun demikian, pagu anggaran belanja tercatat turun -8,86%. Sementara ketergantungan fiskal Provinsi Lampung terhadap Pemerintah Pusat di tahun 2019 tercatat masih tinggi.
Inflasi
Secara tahunan, tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada triwulan II-2019 relatif meningkat sebesar 2,76% (yoy), di atas pencapaian triwulan sebelumnya (Maret 2019) sebesar 1,49% (yoy). Kenaikan tekanan inflasi pada periode laporan terutama didorong oleh inflasi pada kelompok bahan makanan (3,96%;yoy) yang terpantau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi (-2,09% yoy). Hal tersebut didorong oleh keterbatasan pasokan seiring dengan sudah lewatnya masa panen serta meningkatnya permintaan pada periode bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Tingkat inflasi tersebut terpantau masih berada di bawah inflasi nasional (3,28%;yoy) dan Sumatera (3,64%;yoy). Berdasarkan kota perhitungan IHK, pencapaian inflasi tahunan triwulan II 2019 di Kota Bandar Lampung dan Metro tercatat masing-masing sebesar 2,81%(yoy) dan 3,25%(yoy). Dengan pencapaian tersebut, Kota Bandar Lampung dan Metro masing-masing menempati peringkat ke-15 dan 19 dari 23 kota perhitungan inflasi di Sumatera.
Meski demikian, memasuki triwulan III 2019, risiko tekanan inflasi khususnya dari kelompok bahan makanan cenderung akan menurun seiring dengan normalisasi permintaan dan periode panen di beberapa komoditas. Di samping itu, kelompok transportasi dan komunikasi diperkirakan akan mengalami deflasi dibandingkan periode sebelumnya sejalan dengan normalisasi tarif angkutan antar kota maupun transportasi pendukung mudik lainnya saat periode lebaran. Hal tersebut juga akan didorong dengan keputusan pemerintah pusat dalam menurunkan tarif batas atas (TBA) angkutan udara di tengah kenaikan harga yang telah terjadi sejak semester II 2018 sehingga akan tertransmisi pada penurunan tarif angkutan udara yang lebih rendah. Meskipun demikian, risiko inflasi komoditas bahan pangan masih harus diwaspadai mengingat adanya perkiraan peningkatan volatilitas harga cabai dan beras di triwulan III 2019. Koordinasi melalui TPID dan langkah pengendalian oleh Pemerintah Daerah dan instansi terkait perlu terus difokuskan pada aspek ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, khususnya hortikultura yang harganya rentan bergejolak. Kemudian, TPID di masing-masing Kabupaten/Kota perlu menjaga agar biaya pendidikan serta peralatan sekolah pendukungnya tidak mengalami kenaikan yang berlebihan khususnya pada periode seasonal yang memiliki historis kenaikan tinggi.
Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan UMKM
Ditengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu, ketahanan sektor rumah tangga sebagai penopang perekonomian Lampung relatif terjaga seiring pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tetap tinggi didukung oleh keyakinan konsumen serta pemanfaatan fasilitas kredit perbankan. Sejalan dengan hal tersebut, kinerja korporasi di Provinsi Lampung juga cukup stabil, tercermin dari pertumbuhan kegiatan usaha di beberapa sektor usaha meski ketahanan korporasi sedikit menurun seiring dengan peningkatan rasio kredit bermasalah, meski dengan profitabilitas yang relatif terjaga. Ke depan, optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi enam bulan mendatang diperkirakan masih tetap tinggi didukung keyakinan masyarakat akan peningkatan lapangan usaha..
Sementara itu kinerja sektor perbankan Lampung pada triwulan II 2019 secara umum menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, yang diindikasikan meningkatnya pertumbuhan pendanaan maupun kredit yang diikuti dengan relatif solidnya likuiditas baik pada Bank Umum, BPR, maupun Bank Syariah. Meski demikian, risiko kredit perbankan terindikasi belum menunjukkan penurunan meskipun tetap dalam batas terkendali. Pelaksanaan fungsi intermediasi yang tercermin pada perkembangan Loan to Deposit ratio juga terpantau masih berjalan optimal dengan sedikit penurunan. Meski demikian, dukungan pembiayaan kepada UMKM terpantau meningkat sejalan dengan ruang ekspansi pembiayaan yang lebih besar pada perbankan.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran & Pengelolaan Uang Rupiah
Sesuai dengan pola historisnya, pada periode ramadhan, idul fitri dan libur sekolah 2019, kondisi net outflow terjadi di wilayah Provinsi Lampung pada triwulan II 2019. Sejalan dengan hal tersebut, transaksi pembayaran non tunai melalui SKNBI di Provinsi Lampung juga mengalami peningkatan seiring dengan aktivitas perekonomian yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
Peningkatan transaksi pembayaran tunai dan non tunai tersebut diikuti dengan penggunaan uang elektronik yang terus mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan II 2019, jumlah uang elektronik terus mengalami perkembangan dan pertumbuhani sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap penggunaan uang elektronik, di samping semakin baiknya infrastruktur pendukung. Adapun kondisi ini tidak terlepas dari upaya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung dalam bekerjasama dengan instansi terkait, untuk melakukan kampanye serta sosialisasi kepada masyarakat guna mendukung elektronifikasi dan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).
Di sisi lain, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung juga senantiasa terus mendorong clean money policy melalui penyediaan uang layak edar dengan meningkatkan intensitas kegiatan kas keliling, perluasan kerjasama penukaran uang dengan pihak Perbankan, serta edukasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah guna meningkatkan soil level yang lebih baik untuk Uang Pecahan Kecil (UPK) dan Uang Pecahan Besar (UPB).
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Lampung pada periode Februari 2019 menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perkembangan tersebut tercermin dari meningkatnya penyerapan tenaga kerja Lampung ditengah penambahan Angkatan Kerja yang mencapai 176 ribu orang. Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan Angkatan Kerja hampir seluruhnya terserap pasar sehingga tingkat Pengangguran Terbuka mengalami penurunan sebesar 8,55% (yoy).
Sementara itu, kesejahteraan pekerja yang mayoritas bekerja pada sektor pertanian tercatat mengalami penurunan. Kondisi ini tercemin dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2019 yang tercatat lebih rendah sebesar 102,07 dibandingkan triwulan I 2019 (104,69) seiring dengan lebih tingginya pertumbuhan indeks yang dibayar petani (Ib) dibandingkan dengan indeks yang diterima petani (It). Secara sektoral, penurunan NTP terutama terjadi pada sektor Padi dan Palawija dan Perkebunan seiring dengan belum masuknya musim panen. Sementara itu, penurunan NTP yang lebih dalam tertahan oleh adanya peningkatan NTP yang terjadi pada sektor Hortikultura dan Perikanan Tangkap seiring dengan naiknya harga beberapa komoditas hortikultura (misalnya cabai) dan ikan tangkap. Ke depan, masih tingginya ketergantungan Provinsi Lampung terhadap ekonomi yang berbasis komoditas, patut untuk diwaspadai mengingat dampaknya yang cukup signifikan terhadap kerentanan kesejahteraan masyarakat seiring dengan harga komoditas yang cenderung berfluktuasi.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung menunjukkan penurunan, meskipun rata-rata presentase penduduk miskin Lampung selama 3 tahun terakhir masih tergolong tinggi dan berada di atas rata-rata presentase Nasional. Oleh karena itu, ke depan program pengentasan kemiskinan yang telah dijalankan perlu diperkuat dengan upaya mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga komoditas yang diproduksi dan lebih dipastikan agar tepat sasaran sehingga dapat mengurangi tingkat ketimpangan.
Prospek
Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2019 diperkirakan berada pada kisaran 5,1%-5,6% (yoy) dengan potensi bias ke atas hingga beberapa basis poin dari capaian triwulan sebelumnya. Konsumsi swasta diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan, meskipun tidak sekuat periode sebelumnya yang ditopang faktor musiman perayaan hari besar keagamaan. Pendorong pertumbuhan lainnya diperkirakan bersumber dari meningkatnya realisasi investasi dan perbaikan net ekspor yang didukung kenaikan produksi pertanian meskipun harga komoditas utama ekspor seperti CPO dan batubara diprakirakan cenderung stagnan atau bahkan turun. Secara sektoral, siklus produksi optimal komoditas perkebunan seperti kopi, tebu dan nanas memasuki musim kemarau diperkirakan menjadi penopang kinerja sektor pertanian, juga sektor perdagangan besar-eceran dan sektor transportasi dan pergudangan.
Prospek inflasi triwulan IV 2019 diperkirakan akan terkendali pada kisaran 3,5%±1% (yoy), didukung produksi pangan yang masih terjaga dan kuatnya dukungan kebijakan pengendalian harga beberapa komoditas volatile oleh pemerintah. Selain itu tekanan permintaan domestik terhadap inflasi diperkirakan cenderung menurun sejalan dengan arah pertumbuhan ekonomi, meski beberapa risiko inflasi diantaranya terkait pasokan beras dan penyesuaian tarif pendidikan tetap perlu dimitigasi.
Secara keseluruhan tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Lampung diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibanding tahun 2018 dalam rentang 5,1-5,5%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didukung oleh kinerja konsumsi swasta dan investasi yang solid. Sementara dari sisi sektoral, peningkatan aktivitas industri pengolahan, perdagangan dan pertanian juga diperkirakan dapat menopang perekonomian Lampung tahun 2019. Terkait inflasi, kendati diproyeksikan akan lebih tinggi dari capaian 2018, namun level tersebut masih sejalan dengan target inflasi nasional 3,5±1%.
Komentar (0)
Tinggalkan Komentar